Jumat, 09 September 2011

panjat tebing








Sebagaimana diketahui, olah raga panjat tebing yang populer di
kalangan remaja sebagai olah raga panjat dinding pada akhir-akhir ini
menjadi sangat populer dan banyak diminati oleh para remaja generasi
muda kita. Hal ini tampak dari semakin seringnya diselenggarakan
kejuaraan sejenis, baik yang dilakukan di sekolah sebagai kegiatan
ekstra kurikuler yang digemari maupun yang diselenggarakan oleh para
mahasiswa pecinta alam sebagai salah satu kegiatan integrasi antara
mahasiswa dan pelajar sekolah lanjutan.

Olah raga panjat dinding telah
menjadi “trend” yang digemari dan dijadikan olah raga tantangan bagi
para generasi muda.

Di samping itu, olah raga yang penuh
tantangan dan harus dilakukan dengan keberanian dan ketrampilan ini
ternyata mampu menjadi olah raga alternatif bagi para generasi muda
kita, untuk menyalurkan energi mereka pada kegiatan yang positif dan
konstruktif. Olah raga panjat tebing memiliki seperangkat nilai
positif yang harus kita kembangkan terus, antara lain pembentukan
watak dan karakter, mengokohkan kepribadian, memupuk jiwa sportif,
sederhana, patriotis dan penuh semangat juang, serta merupakan
penyaluran bakat dan prestasi.

Olah raga keras seperti panjat
tebing ini mengandung beberapa nilai positif unruk pembinaan
kepribadian. Nilai tersebut dibutuhkan dalam mengembangkan kepribadian
bagi penyiapan sumber daya manusia untuk pembangunan. Nilai tersebut
antara lain :




  • Sebagai arena penumbuhan dan pembinaan disiplin

  • Dapat memupuk semangat dan jiwa kompetisi yang sehat

  • Mendidik pribadi yang kuat, ulet, dan tidak kenal menyerah

  • Membina kemampuan fisik yang prima

  • Membina persatuan dan kesatuan

  • Membangkitkan rasa cinta tanah air

  • Menuntut kemampuan teknis khusus, sehingga harus mengikuti perkembangan teknologi

  • Meningkatkan sumber daya manusia



Dibandingkan
dengan olah raga lainnya, panjat tebing termasuk sangat khas. Untuk
bisa melakukan olah raga ini tidak cukup hanya mengandalkan fisik dan
mental yang sempurna, namun kita juga perlu peralatan yang memadai
untuk tetap menjamin keselamatan selama memanjat.


Perkembangan kegiatan panjat tebing di Indonesia adalah merupakan
perwujudan nyata dari dinamika pemuda Indonesia yang dengan sadar
menghimpun dirinya dalam organisasi-organisasi induk kegiatan pemanjat
tebing dan pendaki gunung sesuai dengan jenis dan fungsinya dengan
tujuan akhir mencapai cita-cita berlandaskan falsafah negara
Pancasila.

Pemerintah sendiri selalu mendorong dan memberikan
motivasi serta menciptakan iklim yang kondusif agar olah raga panjat
tebing dapat berkembang dengan pesat, karena dengan demikian kita
telah berupaya membina dan mengembangkan kegiatan olah raga pecinta
alam agar dapat meluas dan merata ke seluruh tanah air.
Diselenggarakannya kegiatan panjat tebing dengan menggunakan dinding
buatan memungkinkan masyarakat luas di perkotaan dapat menikmati
atraksi penampilan para pemanjat tebing, dengan demikian akan dapat
memberikan dampak langsung dalam memperluas minat remaja kepada olah
raga ini.


Kilas Balik Panjat Tebing Indonesia

1976

Harry Suliztiarto mulai latihan memanjat di Citatah. Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.

1977

Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan oleh Harry Suliztiarto, Heri Hermanu, Deddy Hikmat, dan Agus R.

1979

Harry
Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Disengaja atau tidak, merupakan upaya pertama di Indonesia untuk
mempublikasikan panjat tebing.

1980

Tebing Parang di
Jawa Barat untuk pertama kalinya dipanjat oleh tim ITB. Skygers
menyelenggarakan sekolah panjat tebing angkatan pertama. Wanadri menjadi
tim Indonesia pertama yang berekspedisi ke Cartensz Pyramide. Mereka
gagal mencapai puncak, namun berhasil di Puncak Jaya dan Cartensz
Timur. Sedangkan ekspedisi gabungan Mapala UI dan tim AS mendaki
Puncak Trikora.

1981

Dua ekspedisi Indonesia
sekaligus di dinding Selatan Carstensz: Mapala UI dan ITB. Salah
seorang anggota tim Mapala UI, Hartono Basuki, gugur di sini. Korban
pertama pendakian di Cartensz. Jayagiri dari Bandung mengirimkan
Danardana mengikuti sekolah pendaki gunung di Glenmore Lodge,
Skotlandia, dilanjutkan pendakian Matterhorn di Swiss.

1982
Jayagiri
mengirimkan Irwanto ke sekolah pendakian di ISM di Swiss, dilanjutkan
ekspedisi 4 orang ke Monte Rosa di Swiss serta Mont Blanc dan
Matterhorn. Dua ekspedisi ke Cartensz: Wanadri dan Pataga Jakarta.
Ahmad dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48
Citatah. Korban pertama panjat tebing di Indonesia

1984

Tebing
Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu di
Bali, berhasil dipanjat oleh kelompok Skygers dan Gabungan Anak
Petualang dari Surabaya.

1985

Tebing Serelo di Lahat,
Sumatra Selatan, dipanjat tim Ekspedisi Anak Nakal. Ekspedisi Mapala
UI gagal mencapai Puncak Chulu West (6584 m) di Himalaya. Ekspedisi
Jayagiri gagal memanjat Eiger. Timnya yang lain, di antaranya Don
Hasman, berhasil mendaki Kilimanjaro (5859 m) di Afrika.

1986


Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang
diselatan Sulawesi Selatan. Kelompok Unit Kenal Lingkungan Univeritas
Pajajaran Bandung memanjat Gunung Lanang di Jawa Timur. Tim Jayagiri
merampungkan Dinding Ponot di air terjun Sigura-gura, Sumatera Utara.
Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet,
di tebing alam, dan sempat ditayangkan oleh TVRI.

1987

Ekspedisi
Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan
Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah.
Skygers memanjat Sepikul di Jawa Timur. Beberapa ekspedisi dari
Indonesia dikirimkan ke luar negeri. Mapala UI ke Puncak Chimborazo
(6267 m) dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes

Ekspedisi
Wanita Indonesia Mendaki Himalaya ke Imja Tse di Nepal. Ekspedisi
Jayagiri Saddle Marathon yang terdiri dari Mamay S. Salim dan Bambang
Hertadi mencapal puncak tertinggi Afrika, Kilimanjaro, dengan membawa
sepeda. Tim ini juga mendaki Mount Kenya di Afrika dan Imja Tse, tanpa
sepeda. Ekspedisi Wanadri gagal mencapai Puncak Vasuki Parbat (6792
m) di Ghar India.  Lomba panjat tebing pertama di Indonesia
dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran,  Bali . Tiga Angota Aranyacala
dan 1 mahasiswa sipil Trisaksi tewas terbunuh dekat Ilaga, dalam
perjalanan ke Cartensz.

1988

Dinding panjat buat
pertama kali diperkenalkan di Indonesia dibawa oleh 4 atlet pemanjat
Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes
Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan kursus singkat.
Menjelang akhir acara, terbentuk Federasi Panjat Gunung dan Tebing
Indonesia (FPTGI), diketuai Harry Suliztiarto. Ekspedisi panjat tebing
yang sepenuhnya dilaksanakan oleh wanita, Ekspedisi Putri Parang
Aranyacala, memanjat Tower III Parang. Kelompok putranya memanjat
Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor Ekspedisi UKL Unpad
kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang, di Batu Unta,
tewas terjatuh. Panjat kebut pertama kali dilakukan oleh Sandy Febyanto
dan Djati Pranoto, di Tower I Parang, dalam waktu 4 jam(240 menit).
Sekaligus merupakan pemanjatan tebing besar pertama tanpa menggunakan
alat pengaman sama sekali, keduanya hanya dihubungkan tali, jalur
tersebut dinamakan '240'. Lomba panjat tebing buatan pertama dilakukan
di Bandung mengambil tempat di suatu gardu listrik. Ekspedisi Wanadri
berhasil menempatkan 3  pendakinya di Puncak Pumori (7145 m) di
Himalaya. Menyusul, pasangan F.Hendricus Mutter dan Vera MW dari
Jayagiri mendaki Imja Tse, tanpa sherpa. Di Alpen, Ekspedisi Jayagiri
Speed Climbing gagal memenuhi target waktu 2 hari pemanjatan dinding
utara Eiger, mulur menjadi 5 hari. Sedangkan ekspedisi dari Pataga
Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru di dinding yang sama. Di
Yosemite AS, Sandy Febyanto dan Djati Pranoto memanjat Tebing Half Dome
(gagal memecahkan retor John Bachar dan Peter Croft, 4,5 jam) dan El
Capitan (gagal memecahkan rekor 10,5 jam).

1989

Awal
tahun dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah, gugurnya
salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febyanto, jatuh di
Tebing Pawon, Citatah. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru
menyebar ke segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing
di Bumi Pertiwi ini. Tim Panjat Tebing Yogyakrta / TPTY melakukan
ekspedisi ke Dinding Utara Carstensz tetapi gagal mencapai puncak
secara direct, namun jalur normal Carstensz berhasil dipanjat
sebelumnya. Kembali kawasan Citeureup dirambah anak Aranyacala, kali
ini Tebing Rungking. Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat
tebing Gajah Mungkur diseputaran dalam kawah Gunung Kelud. Kemudian
tim Jayagiri dalam persiapannya ke Lhotse Shar di Nepal, mematok
target memanjati semua pucuk-pucuk tebing sekeliling kawah Kelud tadi,
tapi tak berhasil. Ekspedisi Lhotse Shar itu sendiri batal berangkat.
Tebing Uluwatu dipanjat ekspedisi putri yang kedua, dari Mahitala
Unpar. Kelompok MEGA Universitas Terumanegara melakukan Ekspedisi
Marathon Panjat Tebing, beruntun di tebing-tebing Citatah, Parang,
Gajah Mungkur, dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan,
marathon panjat tebing pertama di Indonesia,  Ekspedisi Putri Lipstick
Aranyacala dia Bambapuang, tapi musibah menimpa sebelum puncak
tergapai. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari
ketinggian. Tahun ini tercatat tak kurang dari sepuluh kejuaraan
panjat dinding diselenggarakan di Indonesia.Beberapa yang besar antara
lain di Universitas Parahyangan Bandung. Universitas Trisakti Jakarta,
ISTN Jakarta, di Markas Kopassus Grup I Serang, dua kali oleh Trupala
SMA-6 (di Balai Sidang dan Ancol), lalu SMA 70 Bulungan Jakarta,
kelompok KAPA FT Ul, Geologi ITB. Mapala Ul bikin 2 ekspedisi, Mount
Cook (3764 m) di Selandia Baru dan Puncak McKinley (6149 m) di Alaska.
Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian gunung es di Rainier
Mountaineering Institute di AS, dilanjutkan dengan bergabung dengan
ekspedisi AS ke Kangchenjunga di Himalaya. Di Alpen, Ekspedisi Wanita
Alpen Indonesia berhasil pula merampungkan misinya, mendaki 5 puncak
tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (4807m, Perancis), Grand
Paradiso (4601 m, Italia), Marts Rosa (4634 m, Swiss), Grossgiockner
(3978 m, Austria) dan Zugsptee (2964 m, Jerman Barat). Akhir tahun ini
ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono ( TRAMP INDONESIA ) melakukan
pemanjatan solo di Tower III Tebing Parang. Artificial solo climbing
pada big wall yang pertama di Indonesia.

1991

Aryati
menjadi wanita Asia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di
Puncak Annapurna IV, Himalaya, pada Ekspedisi Annapurna Putri Patria
Indonesia. Tim Srikandi Tim Panjat Tebing Yogyakarta (6 orang) membuat
jalur diBukit Tanggul, Tulung Agung, Jawa Timur. Tim URAL Jakarta
berhasil memanjat tegak lurus sisi Barat Gunung Gajah (220 m) di
Pemalang Jawa Tengah. Mauli M.M.Wibowo dengan pemanjatan Solo berhasil
mencapai puncak dinding selatan Bamba Puang (Sulawesi Selatan).

1992


Dunia petualangan Indonesia kembali berduka karena kehilangan dua
orang terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Syamsu, anggota Mapala UI
tewas diterjang badai di Gunung Aconcagua, Argentina. Ekspedisi
Pemanjat Putri Indonesia menjejakkan kakinya di Puncak Tebing Cima
Ovest, Tre Cime, Italia. Ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat
Tebing Yogyakarta memanjat dinding utara Bukit Kelam, Sintang,
Kalimantan Barat. Senin, 20 Juli 1992, Robbyanto dan Sugiarto dari
Marsipala Universitas Tarumanegara Jakarta berhasil memecahkan rekor
pemanjatan pada jalur 240 di dinding timur Gunung Parang (946 m dpl),
Purwakarta Jawa Barat. Rekor yang semula diukir oleh pasangan
alm.Sandy Febyanto dan Djati Pranoto dengan waktu 240 menit
pemanjatan. Dipecahkan dengan waktu pemanjatan 127 menit. Tim Pengda
FPTI DKI Jakarta berhasil memanjat dinding utara Gunung Spikul di
kawasan Watu Limo, Trenggalek Jawa Timur, ekspedisi yang pertama kali
di Indonesia yang dikelola Pengda FPTI.

1997

Clara
Sumarwati membuat kontroversi dalam pendakiannya di Everest, puncak
tertinggi di Pegunungan Himalaya. Banyak pihak yang meragukan kedua
kakinya telah menjejak puncak tertinggi di dunia itu. Pratu Asmujiono
anggota pendaki dari Kopassus menjadi orang pertama
Indonesia yang
menjejakkan kakinya di puncak tertinggi Himalaya, Everest. Asmujiono
berangkat bersama tim Ekpedisi Everest Indonesia yang merupakan
gabungan anggota Kopassus dan pendaki sipil lainnya.

Pada
pertengahan delapan puluhan sampai pertengahan 90-an menjadi masa emas
ekspedisi khusus putri Indonesia. Pemberitaan yang cukup sering
berhasil memunculkan nama-nama beken dalam beragam kisah fenomenal.
Sebut saja, Karina Arifin, Ita Budi, Dwi Astuti, Aryati, Jonetje
Wambaruw, Diah Bisono, Clara Sumarwati, Lala, Amalia Yunita, Heni
Juhaeni, Vreytha C Ilvia dan masih banyak lagi.

Pada 1987, para
petualang putri Indonesia berhasil menjejak puncak Imja Tse (Island
Peak) setinggi 6169 meter di Himalaya, Nepal. Boleh dibilang inilah tim
petualang putri Indonesia pertama yang go international.

Berikutnya,
17 Maret 1988 Tim putri Aranyacala Trisakti Jakarta bikin kejutan.
Mereka sukses memanjat Tower III Gunung Parang, Purwakarta. Waktu itu,
terpilih tujuh pemanjat putri yang memenuhi syarat sebagai anggota
inti ekspedisi. Sebut saja, Teja Sari, Amalia Yunita, Vreytha C Ilvia,
Elisa, Rinto Widya Prasti, Laksmiana S dan Emma Alvita Bukit. Dalam
waktu 18 hari mereka berhasil menuntaskan ”Ekspedisi Putri Parang
Aranyacala 1988”.

Usai sukses meraih puncak Imja Tse, pendaki
putri Indonesia kembali menggeliat. Kali ini sasarannya tak
tanggung-tanggung: 5 puncak tertinggi di 5 negara Eropa. Bila dirinci:
Mont Blanc (4.807m, Perancis), Grand Paradiso (4.601 m, Italia),
Monterosa (4.634 m, Swiss), Grossgiockner (3.978 m, Austria) dan
Zugsptee (2.964 m, Jerman Barat). Ekspedisi yang digelar pada 1.989 itu
diberi tajuk ”Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia”.

Tim pendaki
dibagi menjadi dua kelompok. Regu I bertugas meraih puncak
Grossgiockner dan Grand Paradiso. Regu II mendaki Zugsptee dan puncak
Dufourspitz – titik tertinggi dari sepuluh puncak Monterosa. Lalu kedua
regu bersama-sama mendaki Mont Blanc.

Di tahun yang sama, ada Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala di Bambapuang, Sulawesi Selatan.
Sayang, sebelum puncak tergapai telah terjadi musibah - Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari ketinggian.

”Tahun
1990 ada dua ekspedisi yang berdekatan, pertama Ekspedisi Chulu West
Putri Patria Indonesia dan Ekspedisi Annapurna Putri Patria
Indonesia,” ujar Dwi Astuti – petualang putri senior yang menjadi
anggota Trupala dan Pataga Universitas 17 Agustus Jakarta. Ekspedisi
ke Annapurna berhasil mengantarkan Aryati menjadi wanita Asia pertama
yang berhasil meraih puncak Annapurna IV, Himalaya (7525 meter).

Ekspedisi
putri terus bergulir. Pada 1991, Tim Srikandi Tim Panjat Tebing
Yogyakarta (6 orang) membuat jalur di Bukit Tanggul, Tulung Agung, Jawa
Timur. Prestasi luar negeri ditorehkan di Puncak Tebing Cima Ovest,
Lavaredo, Italia. Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia itu berhasil
membuat rute baru yang dinamai Jalur Putri Indonesia. Dalam tim ini ada
delapan pemanjat: Aik, Erna, Endang, Henny, Wiona, Rina, Itut dan
Nonie. Ketua ekpedisi berada di tangan Lisa (Fe-USAKTI Jakarta) dan
Iyel sebagai technical advisor (Aranyacala USAKTI Jakarta).

Tahun
1992, putri-putri dari Aranyacala USAKTI Jakarta kembali buat
ekspedisi. Dengan bendera Ekspedisi Putri Trisakti-Indonesia, mereka
sukses di bumi Amerika. Hebatnya, ekspedisi ini merupakan gabungan dari
empat kegiatan: arung jeram, penelusuran gua, pendakian gua dan
panjat tebing. Ada juga ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat Tebing
Yogyakarta memanjat dinding utara Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan
Barat.

Jonetje Wambaruw tersenyum lega saat menjejakkan kaki di
puncak Aconcagua, Argentina (6.960 meter). Bersama Aryati, Lala dan
Clara Sumarwati, ia mendaki titik tertinggi di Amerika Selatan itu pada
Januari 1993.

Tahun selanjutnya, ada Ekspedisi Putri Trisakti
ke Afrika. Format petualangan Kartini-kartini muda asal Aranyacala
itu sama dengan ekspedisi ke Amerika. Amalia Yunita bergabung bersama
Herawati Rambe, Dini Pusianawati, Tejasari, Daisy Harsa dan Nova
Novianti dalam tim Arung Jeram di Sungai Zambezi, yang melintang di dua
negara Zimbabwe dan Zaire.

Pada tim penelusuran gua, ada Lis
Isniati, Eva Sophia Asmara dan Lyra Ramdhoni. Sedang panjat tebing:
Maya Sari Arienty, Eva Maria dan Susi Susilowati dan terakhir tim
pendakian gunung: Dewi Ratnasari. Konon, ekspedisi ini menelan biaya
sekitar 400 juta rupiah.

Sempat vakum beberapa tahun, dunia
petualangan dikejutkan dengan keberhasilan Clara Sumarwati meraih
puncak Everest pada 1996. Sayangnya, keberhasilan Clara menjadi
kontroversi lantaran ia gagal menunjukkan foto di puncak tertinggi
dunia itu.

Pada 1997, Ekspedisi Putri Mapala UI merampungkan
pemanjatan Bambapuang di Sulawesi Selatan. Tercatat lima pemanjat dalam
tim ini: Andi Purnomowati, Maya, Nadira, Dian, dan Ita.  Tim Nasional
Indonesia pada 26 April 1997 berhasil mencapai Puncak Sagarmatna
(Alis Mata Samudra), salah satu puncak tertinggi Everest yang
tingginya 8.848 meter dari muka laut. Tim yang mencapai sukses itu
adalah gabungan Kopassus, Wanadri, dan UI. Pendakian yang digagas
Prabowo ini merupakan sukses pertama tim dari Asia Tenggara ke puncak
dunia. Sampai-sampai Raja Hussein pun bangga bahwa untuk pertama
kalinya ada pendaki Islam yang meneriakkan suara azan di langit-langit
dunia itu. Raja sempat memberikan bintang penghargaan kepada Prabowo,
dan kemudian kewarganegaraan Yordania. 

Aryati menjadi wanita
Asia pertama yang berhasil meraih puncak Annapurna IV, Himalaya (7525
meter). Muslim indonesialah yg pertama kali mengumandangkan azan di
puncak tertinggi planet bumi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar