Rabu, 18 Desember 2013

menangani luka bakar





Suatu kali datanglah seorang ibu yang membawa putrinya berusia 13
tahun memeriksakan kakinya



yang luka terkena knalpot sepeda motor. Pada
awal pemeriksaan, luka tersebut tampak ditutupi cairan putih yang
ternyata adalah pasta gigi. Luka pun tampak bengkak dan di sekelilingnya
memerah. Menurut pengakuan ibu tersebut luka itu telah terjadi tiga
hari yang lalu dan selalu dia obati dengan pasta gigi. Oleh karena
putrinya mengeluhkan lukanya nyeri dan bengkak akhirnya baru dibawa
periksa ke dokter. Ringkasan ini menunjukkan bahwa luka bakar (terutama
luka bakar ringan) sering dianggap sepele dan diobati atau ditangani
dengan cara yang kurang tepat

. Akibatnya adalah infeksi dan penyembuhan
luka yang tidak sempurna, sehingga menimbulkan parut/scar.

Namun karena belum mendapat informasi kesehatan yang benar, masih
banyak masyarakat awam menangani kejadian luka bakar baru (akut) dengan
menaruh kecap, mentega, pasta gigi, minyak goreng atau bahkan kopi Hal
ini tentunya merupakan cara yang salah dan akan menyebabkan luka bakar
terinfeksi.

Luka bakar itu sendiri dapat disebabkan oleh berbagai paparan seperti
api, sengatan matahari (misalnya berjemur di bawah sinar matahari (sun
bathing terlalu lama), minyak yang panas, sengatan arus listrik, serta
bahan kimia tertentu yang menyebabkan kulit dan jaringan di bawahnya
(mukosa) melepuh. Kendati penyebabnya beragam, namun penanganan luka
bakar secara umum adalah sama. Hal yang penting diperhatikan dalam
pengelolaan luka bakar adalah luas dan dalamnya luka bakar yang terjadi.
Dalamnya suatu luka bakar dapat dibagi menjadi tiga yaitu:


  • Derajat I: bila hanya mengenai lapisan teratas dari kulit (kulit
    ari/epidermis), dimana luka biasanya ringan, tidak mengancam nyawa dan
    proses penyembuhan cepat.

  • Derajat II: bila mengenai lapisan yang lebih luas di bawah kulit.
    Derajat dua pun masi digolongkan menjadi dua lagi yaitu: Derajat II
    superficial dan Dalam. Derajat II superficial adalah luka bakar yang
    mengenai epidermis dan lapisan atas corium tetapi epitel, kantung
    rambut, kelenjar minyak dan keringat sebagian besar masih utuh. Maka
    dalam proses penyembuhan luka, epitialisasi (proses petumbuhan jaringan
    kulit baru) dapat terjadi lebih cepat yaitu dalam waktu 1-2 minggu.
    Penyembuhan pun biasanya tidak diikuti dengan pembentukan scar/parut.
    Derajat II Dalam mengenai lapisan yang jauh lebih dibawah dimana
    sel-sel epitel, kantung rambut dan kelenjar ikut terpapar, sehingga
    proses penyembuhan menjadi lebih lama yaitu 3-4 minggu. Pada akhir
    penyembuhan pun disertai dengan terbentuknya parut.

  • Derajat III: adalah tingkat luka bakar yang berbahaya, biasanya
    mengancam nyawa bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, karena pada
    derajat ini paparan agen penyebab luka bakar mengenai seluruh lapisan
    kulit bahkan bisa sampai ke tulang dan mengenai organ/lapisan-lapisan
    vital misalnya daerah saluran napas. Untuk derajat ini, tentunya
    penanganan luka bakar harus dikerjakan di rumah sakit oleh dokter ahli
    bedah.


Selain dalamnya luka, perlu juga dinilai luasnya luka bakar, dimana
seorang ahli yang bernama Wallce membagi luas luka bakar pada tubuh
menjadi 9% atau kelipatan 9 atau dikenal dengan Rule Of Nine.
Dengan penggolongan yang cermat ini maka sangat membantu para dokter
maupun dokter ahli untuk dapat melakukan pengelolaan luka yang tepat.



Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dilakukan untuk penanganan awal kejadian luka bakar :

Pada luka bakar ringan:


  • Segera letakkan luka bakar di bawah air yang mengalir, dapat pula
    disiram dengan air biasa atau dikompres dengan handuk basah. Cara ini
    dapat mengurangi paparan panas pada lapisan-lapisan kulit sehingga dapat
    mencegah luas dan dalamnya cedera yang timbul, mengingat pada luka
    bakar proses aliran panas dapat terus merusak lapisan kulit meskipun
    sumber panas penyebab luka telah dijauhkan.

  • Dengan mengalirkan air pada luka bakar juga bertujuan untuk
    membersihkan luka dari kotoran (debu, tanah, minyak, dll) sehingga dapat
    mengurangi infeksi. Setelah luka bersih dioleskan salep kulit yang
    mengandung aniseptik/antibiotic. Selanjutnya luka dapat dirawat terbuka
    (tanpa ditutup kasa/perban) maupun dirawat tertutup (dibalut kasa/perban
    steril).

  • Bila timbul bula (gelembung pada kulit yang terbakar berisi cairan)
    janganlah dipecahkan dan kulitnya dikupas karena tindakan ini akan
    membuat luka terinfeksi. Bula sebaiknya disedot (aspirasi) menggunakan
    needle (jarum steril) dan kulit yang hangus dibiarkan terkupas sendiri

  • Jangan mengobati luka dengan mentega, minyak kelapa, kopi, kecap,
    atau pasta gigi. Jangan pula menutup luka dengan kapas karena akan
    melekat pada luka dan menggangu proses penyembuhan.

  • Jauhkan segera penderita bila ia dijilat api, ingatkan untuk segera
    berguling-guling di tanah (jangan berlarian karena akan memperbesar api
    di badannya), siram dengan air atau tutupi dengan selimut basah

  • Pada masa penyembuhan usahakan jangan mengorek-ngorek luka karena
    akan menimbulkan bekas/parut. Hindari kontak di bawah sinar matahari
    agar jaringan kulit baru yang terbentuk tidak rusak

  • Bila luka bakar mengenai wajah, sendi, daerah kelamin, atau menimbulkan sesak napas segera bawa penderita ke unit UGD terdekat.


Untuk luka bakar derajat berat penderita harus segera dibawa ke rumah
sakit agar segera mendapat perawatan untuk mencegah komplikasi yang
berat seperti gagal jantung maupun gagal napas dan mengurangi resiko
kematian. Pada kasus luka bakar berat penderita sangat memerlukan
resusitasi/masukan cairan melalui pemasangan infus agar penderita tidak
jatuh dalam keadaan syok dan pengelolaan jalan napas yang baik agar suplai oksigen tetap optimal.

Demikianlah sedikit ulasan informasi kesehatan mengenai luka bakar
dan beberapa tips yang dapat dipraktekan bila mendapatkan kejadian luka
bakar.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar